cerita bermula ketika saya dan sahabat-sahabat janji bertemu disebuah tempat makan ber-'maskot' seorang kakek tua berkacamata dan berjenggot yang sedang tertawa dengan memakai celemek berwarna merah dan berlokasi di sepanjang jalan A.Yani .
begitu sampai di tempat itu, saya langsung parkir dan secara otomatis dapet karcis parkir seharga seribu rupiah.
kemudian sesudah berkumpul, kita berkelana menggendarai kendaraan roda empat milik salah seorang dari kami dan melanjutkan perjalanan sesuai dengan rencana awal.
setelah puas berkelana, akhirnya tiba saat yang ditunggu-tunggu seluruh umat muslim diseluruh dunia dalam bulan Ramadhan seperti ini.
yap! berbuka puasa.
berdasarkan hasil survey ke berbagai ke tempat makan, akhirnya pilihan kita jatuh pada sebuah warung penyetan berspanduk warna putih bergambar berbagai binatang yang sering kita jumpai dalam kehidupan.
kemudian dengan semangat '45 kita mulai memesan makanan demi memuaskan hawa nafsu dari si perut.
selagi menunggu pesanan datang, saya menguatik-atik sebuah wadah berwarna hijau tosca yang berisikan sejumlah rupiah, foto-foto, dan berbagai struk belanja, termasuk sebuah tiket/karcis.
begitu menemukan karcis yang tidak tersimpan rapi, tangan dan otak saya langsung bereaksi dengan penuh kesadaran membentuk sebuah origami berbentuk burung dari karcis itu tanpa mempertimbangkan tulisan apa yang tercetak di dalamnya.
setelah selesai, ternyata pesanan kami langsung datang. kamu mulai memuaskan hawa nafsu makan kami, dan setelah beberapa menit berlalu, kami memutuskan untuk hengkang dari tempat itu dengan terlebih dahulu membayar semua nasi dan lauk yang sudah masuk ke dalam perut kami.
kemudian setelah itu kita kembali ke tempat awal yaitu sebuah tempat makan ber-'maskot' seperti yang sudah saya jelaskan di awal, dan sejenak melepas penat dengan bercanda gurau disana.
beberapa jam berlalu dan waktu terus bergulir tanpa mau tau, kami sadar sudah waktunya kami untuk kembali ke rumah masing-masing.
kami sibuk membereskan semua benda yang tercecer dimeja, dan mulai mempersiapkan segala keperluan untuk pulang. entah itu kunci motor, kunci mobil, dan karcis.
karcis ? ya! karcis.
satu benda yang menjadi syarat utama kita agar bisa keluar dari tempat itu dengan selamat .
tapi ngomong-ngomong, karcis saya dimana ya ?
otak saya langsung merespon dengan cepat pertanyaan yang terlintas di dalam pikiran saya, dan kemudian memutar kembali memori beberapa jam yang lalu sempat terlupakan .
saya menemukan titik temu. kesadaran yang membuat saya merasa amat sangat bodoh dan konyol.
ingatan bahwa karcis yang saya utak-atik menjadi sebuah origami berbentuk burung di warung makan tadi ternyata adalah karcis parkir saya langsung membuat saya linglung tak tahu tujuan.
hampir bisa dipastikan, ayam pun akan ketawa melihat ekspresi saya akan kenyataan yang baru saya hadapi.
setelah berdiskusi dan berusaha menemukan cara agar bisa lolos dari tempat itu dengan selamat, akhirnya saya memutuskan untuk menemui penjaga parkir dan berharap bisa menemukan solusi yang terbaik .
satu kalimat yang terlontar dari pak penjaga begitu saya menyampaikan permasalahan saya dan meminta solusi adalah,"maaf mbak, mbaknya harus bayar denda 5000 rupiah. soalnya nomor yang ada di karcisnya diperluin buat data di komputer"
dan dengan amat sangat terpaksa dan amat sangat menyesali kebodohan saya, saya merogoh kocek seharga 5000 rupiah demi bisa keluar dari tempat ber-maskot kakek berjenggot tersebut.
pelajaran yang bisa saya panen dari kejadian ini adalah :
jangan membuat origami dari sembarang kertas! atau kalau tidak, 5000 rupiah akan dengan mudahnya melayang dari dompet anda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
pas ketemu aku itu ta we? ckck pelajaran berharga.. walau hanya sebuah karcis parkir.
ReplyDeleteiya.
ReplyDeleteberharga banget cci, aku merasa bodoh dengan kelakuanku. haha -.-